Kata siapa mudik hanya diperuntukkan bagi orang yang ber Lebaran? Siapa bilang mudik hanya khusus untuk kaum Muslim yang hendak bersilaturahmi? Mudik berlaku untuk semua orang. Tidak hanya untuk golongan tertentu atau segmen tertentu. Tidak hanya memiliki makna dan arti bagi sebagian orang. Mudik milik bersama. Berlaku universal di Indonesia dan tak mengenal agama tertentu. Sudah lintas agama, lintas adat, lintas tradisi, lintas budaya, dan lintas usia. Semua boleh memberi makna pada kata mudik. Semua sah saja memberi label arti pada kata mudik. Semua pasti memiliki makna tersendiri. Memiliki makna khusus dan pribadi. Tergantung pribadi masing-masing. Tergantung pemahaman pribadi lepas pribadi. Semua terserah anda.
Alun-alun Ciamis
Tak ingin kehilangan momentum mudik Lebaran dan ingin turut memeriahkan momen mudik, begitu libur diumumkan, segera mudik dirancang. Berhubung akar asal adalah Ciamis, ke sanalah mudik melabuhkan tujuan, mengerucutkan sasaran. Ciamis lah yang menjadi kota tujuan utama. Begitu Ciamis disebut, segera terbersit cemilan dan penganan lainnya di benak. Bermunculan aneka jajanan kampung khas Ciamis yang memenuhi isi kepala. Semua terekam dengan sempurna. Semua berebut memohon untuk diwujudnyatakan. Tapi apa daya, semua ada batasnya. Tidak semua penganan tergapai kali ini. Mungkin di lain kali. Inilah salah satu makna mudik Lebaran. Memenuhi kerinduan akan cemilan, penganan, jajanan, dan makanan kampung. Tentu selain makna utama mudik Lebaran lainnya, yaitu memenuhi kerinduan pada orang tua, saudara, kerabat, teman, dan orang-orang di kampung halaman.
Mudik Lebaran tak sedap jika tidak membawa pulang berbagai penganan khas Ciamis. Penganan dan cemilan masa kecil dulu, yang hingga sekarang masih menjadi cemilan yang membuat rindu. Rindu untuk kembali ke kota asal. Rengginang, kue seroja, serabi oncom, cungkring/sate kulit, keripik pisang, keripik singkong, papais, kupat tahu, comring, ayam goreng Mergosari, dan masih banyak lagi segera bergantian berseliweran di benak. Ciamis selalu membuat rindu. Rindu yang selalu membutuhkan pengejawantahan agar tidak hanya berhenti dalam hati yang merindu.
Tak perlu waktu lama untuk mengambil keputusan. Justru harus segera supaya tidak tersergap kemacetan. Sebelum semua secara bersama menyerbu jalanan. Mudik pun bermakna jika kita mau sedikit menyusun strategi. Strategi agar terhindar dari kemacetan yang selalu mewarnai tradisi mudik. Perlu sedikit usaha untuk membaca perilaku kebanyakan orang dalam mudik. Lalu kita ambil yang tidak biasa. Sangat sederhana. Cukup putuskan untuk mudik lebih awal dan pulang lebih awal. Beres sudah. Macetpun tidak kita jumpai. Mudik di awal memang lebih bermakna. Bermakna karena terhindar dari kekesalan yang memuncak, terhindar dari rasa jengkel karena kemacetan, dan terhindar dari rasa marah karena kota tujuan tak kunjung teraih.
Ciamis yang saya kenal memiliki tag line yang cukup membekas di hati. Ciamis Manis Manjing Dinamis. Ciamis dikenal dengan julukan Kota Manis. Mungkin karena warganya manis-manis. Setidaknya itu menurut warga kelahiran sana. Termasuk saya. Berbeda dengan kunjungan terdahulu, mudik kali ini, di alun-alun Ciamis, terpampang besar tulisan “CIAMIS MANTAP”. Sudah berubah? Ternyata kata MANTAP mengandung arti Maju, Aman, Nyaman, Tangguh, Amanah, dan Produktif. Semoga terwujud.
Di alun-alun Ciamis, di pusat kota, yang merupakan ruang publik, ruang terbuka hijau kota, tulisan besar “CIAMIS MANTAP” menyita perhatian. Alun-alun Ciamis telah berhasil menjalankan fungsinya sebagai ruang publik. Ruang untuk dinikmati bersama. Bersama keluarga, kerabat, teman, kekasih, maupun mantan kekasih. Tidak ada yang berubah. Alun-alun Ciamis tetap menjadi tujuan utama bagi warga. Tempat warga selalu berkumpul untuk melanggengkan tradisi “ngabuburit”, menunggu sore, menunggu waktunya berbuka puasa. Beragam tingkah polah warga Ciamis dalam mensikapi alun-alun Ciamis. Beragam makna yang tersirat di dalamnya. Bahkan makna mudik Lebaran pun turut menyemarakkan.
Tradisi ngabuburit sambil mengajak anak-anak ke Alun-alun sangat biasa dilakukan, bahkan tidak hanya di Bulan Ramadhan. Di bulan lainnya pun sama. Hanya di bulan puasa tentunya lebih semarak, lebih ramai, lebih riuh. Riuh oleh suara musik yang diputar dari sepeda kayuh yang disewakan untuk maksimal 4 penumpang. Ramai oleh para pengunjung dengan beragam maksud. Semarak dengan aneka jualan kaki lima di sepanjang pinggiran alun-alun, bahkan di area tengahnya.
Banyak sepeda kayuh yang didesain sedemikian rupa sehingga muat bagi 4 orang penumpang yang dapat mengayuh sepeda secara bersama. Yang menarik, umumnya sepeda kayuh ini digawangi, maksudnya dijaga dan dipandu oleh ibu-ibu atau teteh-teteh (panggilan Mbak di daerah Sunda). Umumnya oleh perempuan. Di sini tersirat makna mudik pula. Para ibu dan teteh turut ambil bagian. Memanfaatkan momen orang-orang yang tengah menikmati suasana mudik Lebaran untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Mungkin juga sebagian sudah menjadi penghasilan utama bagi keluarganya. Musim mudik Lebaran bagi mereka mengandung makna tambahan penghasilan. Tambahan pendapatan untuk bekal di Hari Raya. Dengan memanfaatkan para pemudik yang ingin melepaskan kerinduan akan suasana ngabuburit di Alun-alun Ciamis. Sah saja. Telah terjadi simbiosis mutualisme. Semua diuntungkan, tidak ada yang dirugikan.
Alun-alun Ciamis juga dikenal dengan Deldom. Bagi yang belum mengenalnya, deldom adalah angkutan bagi anak-anak untuk mengelilingi alun-alun Ciamis dengan menggunakan Delman Domba. Deldom adalah delman yang ditarik oleh seekor domba dan tentunya dituntun oleh pawangnya. Biasanya deldom dihias dengan hiasan meriah dan dilengkapi pula dengan musik. Semua demi menarik minat anak-anak. Demi untuk memeriahkan suasana ngabuburit bagi anak-anak dan keluarga.
Spiral Potato, Penganan hasil kreatifitas anak bangsa
Penjual Spiral Potato, kentang goreng yang dipotong membentuk spiral
Menikmati spiral potato, penganan kentang goreng yang dibentuk menyerupai spiral
Tak hanya itu, Alun-alun Ciamis pun dipenuhi oleh penjaja penganan dan jajanan khas kampung, maupun jajanan dan cemilan hasil kreatifitas anak bangsa. Contohnya “Spiral Potato”. Terdengar keren. Ternyata spiral potato adalah jajanan kentang goreng yang dipotong menggunakan alat khusus sehingga menyerupai spiral. Ditusuk dengan lidi panjang dan ditaburi dengan bumbu. Rasanya? Cukup lumayan. Maksudnya lumayan enak buat cemilan di sore hari.
Melepas rindu dan menumpahkan rasa kangen di Alun-alun Ciamis usai sudah. Namun kemeriahan suasana di sana terus berlanjut. Terus memberi makna bagi warga yang menikmatinya. Langit mulai memerah. Alunan adzan maghrib mulai terdengar. Warga mulai bergeser ke Masjid yang ada di samping Alun-alun. Sebagian mulai beranjak pulang. Namun kenangan tetap tertinggal. Membekas dalam hati. Sampai jumpa di libur yang akan datang. Salam. (Del)
Source: Deliana Setia