Dinamika politik jangan sampai politik diwarnai dengan aksi saling menjelekkan, menghasut, dan berbagai perilaku tidak terpuji, yang mengabaikan sikap persaudaraan.
ciamisnews.com – Berpolitik haruslah didasari sikap saling menghormati dan saling menghargai. Tujuannya untuk membangun energi positif. Sehingga nantinya akan mempercepat pertumbuhan bangsa menjadi lebih baik.
“Partai boleh beda-beda, namun dalam berpolitik kita tetap harus saling menghormati,” jelas politisi perempuan dari PPP Wardatun Na’im.
Menurut Caleg DPR RI dari PPP Dapil Jabar X, sikap saling menghormati menurutnya bermanfaat untuk menghasilkan energi positif dalam berpolitik. Hal ini nantinya berdampak pada proses pembangunan negeri menjadi lebih baik.
Pihaknya melihat belakangan ini aksi menjelekkan kader parpol semakin terlihat. Hal ini dinilainya tidak baik untuk proses pembangunan negeri ini. Lebih baik, jelasnya, semua pihak duduk bersama, kemudian membicarakan pembangunan yang sudah berjalan. “Ini lebih bermanfaat,” jelasnya.
Dinamika politik seharusnya didasari etika. Jangan sampai politik diwarnai dengan aksi saling menjelekkan, menghasut, dan berbagai perilaku tidak terpuji, yang mengabaikan sikap persaudaraan.
Jika dinamika politik diwarnai aksi saling menjelekkan, maka tenaga dan kekuatan politik habis untuk itu. Alhasil, pembangunan tidak berjalan maksimal. Masyarakat dirugikan dengan proses politik yang tidak menghasilkan kepentingan publik. “Ini tidak baik,” papar perempuan yang akrab disapa Bunda Warna ini.
Praktisi pemenangan pemilu dan riset politik Konsep Indonesia (Konsepindo), Budiman, menyatakan aksi saling menjelekkan tidak menunjukkan kedewasaan berpolitik. Praktisi politik seperti kehilangan sikap bijaksana. Hal ini dinilainya memberikan energi negatif bagi dinamika perpolitikan di Indonesia.
“Ini harus diubah,” imbuh Budiman. Praktisi politik harus mampu menjadikan kemaslahatan bersama sebagai kepentingan politik. Jadi, tambahnya, yang dijadikan acuan bukanlah kepentingan golongan tertentu.