Ciamis, 09 Desember 2018
Masuk nya sekitar 8 Pemain baru, memaksa Coach Heri Rafni Kotari berfikir keras memaksimalkan squad baru nya. Sempat mencoba mempertahankan skema andalan ala Spanyol nya (4-2-3-1 yang kadang bertranformasi menjadi 4-1-4-1), di 2 laga terakhir nampak nya Coach HRK mulai lebih percaya diri memainkan Formasi 4-4-2 Modern.
Mengapa di sebut modern, karena 4-4-2 versi HRK memaksa 2 Gelandang tengah PSGC berdiri sejajar dan bergantian naik turun, ini berbeda dengan 4-4-2 Edisi Diamond, dimana Satu Pemain adalah cenderung defensif dan satu pemain lagi menjadi playmaker.
Chrysna Bagascara dan Muhammad Arip terlihat bergerak dinamis saling mengisi, Chrysna yang secara alami lebih memiliki naluri bertahan, semakin cantik memainkan tempo permainan, sedangkan Arip yang lebih energik seperti reinkarnasi BUDIAWAN, Cepat dan Agresif. 2 Gelandang Selanjut nya adalah Ganjar Kurniawan yang “Mudik” ke Posisi Asal nya sebagai Gelandang Sayap Kiri, ini membuat nya lebih fokus, nampak Ganjar Mulai kembali terbiasa menyisir “Gawir” lagi. Gelandang terakhir dalam formasi 4 Sejajar adalah Aldi Imron. Diluar dugaan, Imron menjadi pemain paling stabil selama 32 dan 16 besar. Agresifitas nya tetap ada walapun tidak bermain pada posisi alami nya sebagai gelandang perusak di central permainan. Imron Leluasa membantu penyerangan dan mampu memaksimalkan akurasi tembakan nya, terbukti dengan beberapa shooting keras yang membahayakan.
Di lini depan, Akbar Eka Putra jelas lebih nyaman ditemani Dean Nurhaji. Akbar dan Dean bergantian bergerak melebar membuat 2 Centre Back lawan sulit menjaga nya.
Formasi ini memaksa Arip Budiman, Deni, dan Ripan duduk di bangku cadangan, tetapi 2 pemain cepat ini menjadi senjata rahasia jika terjadi kebuntuan.
Heri Rafni Kotari memiliki banyak variasi strategi yang bisa di pilih sesuai lawan yang di hadapi.
