Demi memastikan batu susun yang ditemukan di Blok Bobojong, Dusun Sodong, Desa Bojongmengger, Kecamatan Cijeungjing Ciamis, penelusuran lanjutan terus dilakukan. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis, langsung meninjau lokasi itu tempo hari.
Menurut hasil pemantauan, Kepala Bidang Budaya dan Sejara Dinas Pariwisatan dan Kebudayaan Ciamis, Agus Yani, mengatakan jika batu yang tersusun tersebut diyakini buatan manusia bukan batu yang tersusun oleh alam.
“Jika dari bentuk saya melihat ini seperti bentuk sapi, dan saya menduga jika ini benar peninggalan sejarah ini merupakan seperti tempat untuk penyembahaan,” kata Agus.
Kemudian menurut Agus, jika dilihat dari bentuk susunan batu tersebut, seperti bentuk susunan yang dibuat oleh manusia sekitar abad enam atau tujuh pada jaman pra sejarah datangnya Hindu Budha ke Ciamis. Namun dilihat dari jenis batu Agus mengatakan, batu tersebut merupakan batu biasa.
“Tetapi saya belum bisa memastikan apakah ini betul merupakan situs peninggal sejarah atau bukan, yang bisa menentukan itu adalah badan arkeolog,” ujar Agus seraya menambahkan jika Badan Arkeolog Nasional, Badan Kepurbakalaan dan Budaya Provinsi Jawa Barat akan datang mengirimkansejumlah tim ahli, pekan depan.
“Kami juga akan terus mengumpulkan data-data dari penemuan ini, dan memantau tempat tersebut setiap hari,” ucapnya.
Sementara itu dari penemuan ini terjadi keanehan yang dialami beberapa warga sekitar, mulai dari mimpi yang didatangi oleh putri dari kerajaan, kemudian warga yang melihat kerajaan di sekitar penuman batu tersebut.
Penemu pertama batu susun tersebut, Hendari, mengatakan keanehan itu hanya dialami warga bukan kepada dirinya, lanjut Hendari ada seorang warga yang mimpi dan didatangi seorang putri yang berpesan agar menjaga penemuan tersebut.
“Ada juga warga yang mengaku dibawa kekerajaan yang sangat besar, pada saat melintas ke tempat lokasi penemuan,” ujarnya.
Menurut Hendari, sementara ini pihaknya akan tersus menjaga tempat itu.
“Saya juga sudah menginvetarisasi batu tersebut agar bila ada yang hilang dapat diketahui. Saya juga tidak akan merubah susunanya. Jika ini terbukti sebagai situs bersejarah saya akan terus menjaga, karna peninggal sejarah seperti ini sangat penting,” kata Hendari.
Ia mengaku akan turut bangga bila, batu susun yang ditemukan di dasar kolam itu ternyata betul-betul merupakan peninggalan sejarah. Paling tidak akan menjadi bukti, bahwa peradaban masyarakat Galuh sudah maju sejak dahulu. Paling tidak, itulah yang mendorong dirinya, turut menjaga temuan itu. (KP/CN)