OLAHAN endapan minyak kelapa alias galendo sudah jadi barang langka di Jawa Barat. Seiring makin menghilangnya pohon kelapa, galendo hanya bisa ditemui di sedikit tempat. Produsen galendo harus ekstrakreatif untuk meneruskan tradisi menyantap galendo.
Galendo H Endut Rohadi selalu diburu oleh mereka yang doyan penganan khas Jawa Barat. Rasa gurih manis Galendo dengan merek H Endut diciptakan dari proses panjang pemasakan minyak kelapa secara tradisional selama lebih kurang tiga jam. Galendo ini pun makin mantap dengan kreasi rupa-rupa rasa.
Sebagai camilan, galendo dikemas dalam wadah apik aluminium foil yang dibungkus anyaman bambu. Petualangan rasa galendo ditawarkan dengan membubuhkan rasa cokelat, susu, kacang, hingga wijen. Galendo pun dipermanis dengan bentuk mirip cokelat batangan.
Asal masih terbungkus rapat, galendo sanggup bertahan hingga 5-6 bulan. ”Dulu, galendo hanya dimakan sebagai teman nasi,” kata Endut.
Kreativitas muncul ketika Endut mengikuti pameran produk khas Sunda di sebuah pusat perbelanjaan di Bandung. Kala itu, ia merasa kasihan melihat para mojang Bandung kesulitan memakan galendo yang dikemas dalam ukuran besar 1 kilogram.
Ide membuat galendo berukuran praktis pun hinggap ketika menyaksikan proses pembuatan batu bata. Dengan menggunakan cetakan seperti pembuat batu bata, Endut menciptakan galendo berukuran lebih mungil untuk camilan.
Galendo H Endut pun makin laris karena rumah produksinya berada di tepi jalan menuju ke makam artis cantik Nike Ardilla. Hingga kini, cukup banyak penggemar Nike yang berziarah lalu mampir membeli oleh-oleh galendo di Jalan Kapten Harsono Nogo, Ciamis, Jawa Barat, ini.
Merek ”Endut” pada galendo juga disengaja agar penganan ini mudah diingat. Selain di rumah produksinya, galendo bisa dijumpai di pusat oleh-oleh, seperti di Garut ataupun Rajapolah.
Galendo yang sebelumnya hanya menjadi produk sampingan dari proses pembuatan minyak kelapa kini justru menjadi produk andalan utama. ”Ternyata kami enggak punya kekuatan di minyak kelapa, banyak pesaingnya. Lalu kemudian ke galendo,” tutur Endut.
Padahal, produk minyak kelapa Endut sebenarnya sudah menembus pasar ekspor ke Malaysia. Namun, tingginya persaingan di usaha minyak kelapa sawit membuat Endut harus berkreasi dengan galendo. Dari galendo, Endut bisa sukses dan berhasil membiayai kuliah anak-anaknya.
Galendo H Endut mulai dirintis sejak tahun 1984 untuk dijual ke pasar-pasar tradisional. Sejak meninggalnya Nike Ardilla, Endut seolah menemukan celah perjumpaan dengan konsumen yang berbeda. Sejak tahun 1997, galendo lantas diburu sebagai penganan wajib khas telatah Sunda. (Mawar Kusuma)
Sumber : Kompas Cetak